Senin, 28 Juli 2014

Mejikuhibiniu Samudera Hidupku

Debu bertabur dalam kerinduan dilubuk hati yang telah mati. Bersimpuh menyimpan dendam yang terdalam dalam dekapan nirwana duniawi, tak luput pula gendang dalam risau suara gemuruh jiwa melena.
Ici berlari menghampiri nisan kekasihnya yang kini telah tertancap rapi menghiasi makamnya. Isak menjadi tangis yang amat menderu. Tak bisa terelakkan bahwa kini hatinya telah mati, tak mampu untuk bangkit dan berdiri tegar seperti yang ia lakukan selama ini.
"Maaf ya sayang, aku nggak bisa jadi yang terbaik untuk kamu, aku nggak bisa menjagamu dan membuatmu bahagia didunia ini." Tangisnya pecah, sosok perempuan yang berusaha tidak menitikkan air mata dihadapan semua orang kini tak bisa membendung tahtanya dihadapan makam laki-laki yang ia cintai.
Angin menghempas serpihan kenangan yang mulai terurai. Ingatan-ingatan kecil tentang masa lalu mengurai air suci yang telah penuh di pelupuk matanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar