Jumat, 05 September 2014

"BUKAN CINTA IMPIAN"

Karya : Ocvida Izmiastuti

Ketika malam telah larut, hanya sisa embun yang menemani terbangunnya raga...
Tinggalah rintihan duka yang pernah ada, namun juga sirna karena menyerah...
Keyakinan yang pernah ada, kini hanya terkutuk manis tak berdaya...
Seakan janji manis nan mesra tak pernah ada....
Hanyut...
Hilang....
Tanpa ada kepastian......
Ocvida Ie

Oce panggilannya, begitu asing tuk didengar namun sulit pula tuk diucap. Gadis manis bertubuh mungil itu tak pernah menyangka dengan keajaiban hidupnya, ketika ia bertemu dengan laki-laki super hero yang mampu membuka kembali hatinya. Fadhilo Reizafarda. Laki-laki yang telah hadir melukis tujuh warna pelangi untuknya.
     Berawal dari sebuah video youtube yang sempat membuatnya tenar siang dan malam, hari dan bulan, sekolah dan umum. Yaa... lipsyinc yang muncul ketika ia sedang iseng bertaut dengan kamera Youcame dilaptop adiknya. Kesempatan untuk sekedar mampir dalam kehidupan maya tak sampai berhenti pada hari dan bulan saja, tetapi sudah berhasil menjalar dalam memori keseharian dan rutinitas seorang Oce. Videonya memang tak setenar keong racun pada zaman itu, tetapi lumayanlah banyak yang Nontok hanya untuk enjoy semata. Keisengan Oce hanya sekedar membuat video saja, tidak untuk di publish ke youtube. Tetapi salah seorang teman tanpa ijin meng-uploud video itu ke Youtube.
     Alhasil, tiga tahun silam kejadian itu memberinya perubahan hidup yang membuatnya sempurna dengan sosok Fadhilo Reizafarda. Yaa,,, dia datang sebagai salah satu penonton youtube yang di share oleh salah seorang temannya.
     Kisah pertemanan, persahabatan, hubungan tanpa status, hingga kisah kasih mereka berdua terekam oleh media sosial yang biasa dikenal dengan nama Facebook/FB. Hingga akhirnya perbedaan usia menjadi sebuah kendala yang rumit untuk mereka pahami. Pengertian, kasih dan sayang, cinta, kini telah sirna karena deretan pemikiran yang berbeda.
     Tawa menjadi tangis dan senyum memudar menjadi bukit. Keinginan yang tak selalu sama, irama yang tak sejalan, rima yang tak nampak semua terlonjak-terhentak-tersingkir menjauh dari kehidupan masing-masing.
     Oce hanya tersenyum pasrah dengan semuanya, hingga tiba saatnya ia meminta kepastian.
     “Kisah kita memang tak sepanjang sungai nil, tapi apakah harus kita berhenti dan mendarat disebuah tempat yang masih jauh dari ujung? Katanya cinta kita layaknya lingkaran yang nggak akan terputus dan selalu menyambung? Tapi bagaimana dengan sikap acuh kamu terhadapku?” Deretan kata yang menjadi sebuah kalimat meluncur begitu saja dari bibir mungil Oce.
     “Mau kamu apa?” jawab Dhilo.
     “Harusnya aku yang tanya, mau kamu apa?” Oce menyanggah.
     “Loh, gimana seh. Kamu yang datang marah-marah tiba-tiba balik tanya gitu!”
     “Kenapa selama ini kamu nggak ada kabar? Kemana aja sampai lupa sama aku kekasih kamu?!”
     “Aku inget kok, nggak lupa.” Jawab Dhilo santai.
     “Kalau inget tapi kenapa selama ini kamu nggak pernah ngabarin aku?”
     “Aku sibb.....” Kalimat Dhilo dipotong...
     “Sibuk? Berapa kali kamu bilang kamu sibuk? Sesibuk-sibuknya cowok ataupun cewek pasti masih sempet ngabarin lewat sms atau telpon kalo memang beneran sayang sama pasangannya. Aku udah berusaha mahamin kamu, tapi aku tersiksa Fadhilo Reizafarda, apa kamu nggak bisa merasakan? Kegelisahan seorang cewek apalagi kekasih kamu ketika diri kamu menghilang begitu saja!”
     “Nggak sampai sebulan kan gak ada kabar?” tanya Dhilo.
     “Apa kamu bilang? Jadi kamu niat buat nggak ngabari aku sebulan, Iya? Waktu itu kamu bilang masih untung aku nggak ngabarin sampai seminggu, eh sekarang naik sebulan, bisa-bisa nanti hilang nggak berbekas!”
     “Sebuah hubungan apa harus smsan tiap hari gitu? Nggak kan? Yang namanya hubungan itu didasari rasa sayang, dan sayang itu datangnya dari tuhan yang diturunkan ke hati kita. Yang penting kita ada status, dan sekarang aku loh nggak ngapa-ngapain. Aku juga nggak kira selingkuh, aku udah mati rasa sama cewek-cewek lain.”
     “Aku nggak minta kamu tiap detik, tiap menit, tiap jam sms aku. Tapi aku Cuma minta kamu kabarin aku. Apa kamu nggak tau seberapa besar khawatir aku ke kamu. Sampai sekarang aku belum tau kamu gimana Fadhilo Reizafarda, lalu apa gunanya kita berhubungan?” Oce bicara dengan rasa sakit yang tertahan, uneg-uneg yang terpendam dan itu membuatnya bergetar namun tetap tak bisa menumpahkan air mata yang sangat berharga.
     “Kamu bilang kamu mati rasa sama cewek lain. Tapi apa aku bisa percaya kalau setiap saat aku melihat kamu goncengan sama cewek lain yang kamu akuin sebagai rekan kerja kamu? Hati wanita mana yang nggak akan terluka ketika melihat kekasihnya bersama wanita lain, dan lelakinya tidak pernah berusaha untuk menjelaskan apa yang telah terjadi.” Lanjut Oce, suaranya tertahan dan tumpah dengan gema dari khas suara indahnya.
     “Kenapa? Kamu cemburu ya? kan aku udah bilang dia cuma teman.”
     ‘Masih nanyak cemburu apa nggak, jelas-jelas....iya..... emang dasar cowok!!!!!!!kalo kayak gini pantas nggak sih dipertahanin?!’ pikir Oce.
     “Lalu hubungan kita bagaimana? Lanjut atau sampai disini aja?” tanya Oce tiba-tiba.         
     “Loh, ya terserah kamu, kalo aku sih dari awal nganggep kita nggak ada masalah.” Jawab Dhilo.
     “Kamu enak tinggal ngomong kayak gitu. Nggak ada kabar, menghilang lalu tiba-tiba muncul lagi, kayak gitu bukan masalah?” Oce mulai jengkel.
     Semua kata-katanya sangat menyakitkan dan sangat terasa asing untuk dipahami seorang Oce. Kesabarannya membuat Oce percaya kembali oleh laki-laki itu. Entahlah apa yang Oce pikirkan, ia lebih percaya dan yakin kepada Dhilo yang jelas-jelas telah membuatnya selalu menangis ditiap malam tiba.
     Hingga hari-hari berikutnya masih tak berubah, rasanya percakapan pada pertemuan terakhir mereka kali itu tidak membuahkan apa-apa dan hanya bagai angin berhembus lalu menghilang. Seperti sebutir debu yang tidak dikenali kembali karena tercampur oleh debu lainnya.
     Detik, menit, jam, hari, dan bulan berganti dengan sengit. Masih tetap saja tak ada kabar dari sosok yang Oce tunggu. Hingga tibalah ia berikrar dalam diri,
     ‘sejauh apapun aku harus menempuh hidup yang penuh liku dan ujungnya selalu saja memukul tiap jengkal tubuhku, aku tidak boleh menjadi Oce yang menderita seperti ini. Aku harus bangkit dan harus tetap tersenyum, agar orang yang dekat denganku bisa merasa nyaman siapapun dia... Dan siapapun jodohku nanti itu pasti yang terbaik, semoga jodohku bisa mencintaiku dengan ketulusan hati dan bukan sekedar cinta yang ia berikan tetapi juga perhatian dan pengertian yang kubutuhkan, dan semoga aku juga dapat mencintainya.... tuhan bantu aku....’
     Kini ia telah menjadi Oce yang berbeda, ia tahu mana yang terbaik untuknya. Hidupnya bertambah gamblang dan bangkit ketika ia bersama saudara seperjuangannya “Paranada” hati, dan duo kembar “Liliput girl” dijalan hidupnya. Sampai akhir, bersama selamanya.....

#Sekedar coretan kisah hitam, gelap, dan tak bernyawa dari Ocvida Izmiastuti (Ocvida Ie).........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar