Sabtu, 14 April 2012

Suatu Hal Tentang Cinta


Cinta...                   
Adalah suatu kata yang selalu membuatku bingung untuk menerjemahkannya. Aku adalah salah satu wanita yang sulit untuk tahu mana cinta yang baik dan mana cinta yang buruk. Aku selalu menjadikan mimpi bagai sebuah masa depan yang akan membuatku bahagia. Aku berfikir, kadang cinta membuat seseorang merasa resah. Yaa... cinta yang beginilah yang terjadi pada diriku sekarang.
            Persahabatan bagaikan persaudaraan yang erat. Tetapi saudara yang membenci dan selalu ingin saudaranya jatuh dan sakit hati, apakah itu juga masih pantas mendapat gelar sebagai saudara.?  aku tahu, aku bukanlah orang yang dapat dibanggakan. Aku hanya bisa resah sendiri tanpa ada yang menemaniku.
            Kadang aku merindukan pelukan sosok laki-laki yang aku cintai. Namun sampai saat ini keinginan itu hanyalah sebuah keinginan yang belum menjadi nyata. Aku bilang belum menjadi nyata, adalah sesuatu yang belum tercapai. Aku resah ketika mencintai, aku resah ketika aku mulai memberikan cinta ini kepada sosok laki-laki. Tetapi itulah yang aku rasakan saat ini. Merasakan pahitnya percintaan dan perihnya pengkhianatan saudara yang selalu aku sayangi tanpa ia merasakannya dan tanpa ia tahu bahwa aku menyayanginya dengan tulus, membuatku semakin gelisah dan tak sanggup menatap wajah yang penuh kemenangan diatas penderitaanku.
            Begitu pula dengan sosok laki-laki yang aku cintai. Aku tahu dia mencintaiku, namun aku tak bisa bilang tidak jika aku mulai merasakan patah hati. Mungkin perasaan ini adalah kali kedua aku merasakan perih yang tersangat perih karena laki-laki yang aku cintai.
            Dunia dapat melihat aku menangis saat aku mengetikkan curahan hati dalam bentuk catatan-catatan yang telah ku ketik. Dunia mengiba ketika aku mulai menunduk gelisah dengan tetesan-tetesan air mata yang mengalir deras malam ini. Semua karena cinta.
            Dia bukan milikku, dan dia juga bukan miliknya. Tetapi, aku tak tahu cinta yang memiliki hatinya itu siapa. Diriku atau dirinya.?! Aku bertatapan dengan kedua mataku di depan kaca. Ku lihat cerminan diriku. Kuraba wajah mungil yang ada dihadapanku, dan aku mulai bertanya apakah semua ini benar milikku.? Aku tak pernah tahu apa maksud tuhan menciptakanku di dunia ini. Dunia yang penuh dengan liku-liku. Entah liku manakah yang akan aku lalui, mungkinkah aku diciptakan hanya untuk kepentingan yang sia-sia ataukah untuk kepentingan yang begitu beharga. Yaa... aku hanya mengira-ngira dan harus bisa menempatkan sendiri mana yang pantas untukku dan yang harus aku hindari.
            Begitu juga dengan cintaku di dunia ini. Aku harus bisa memilih satu diantara banyak pilihan. Ini memang adalah salah satu hal yang begitu berat untukku. Karena masa depan ada dalam pilihan hati yang harus aku pilih.
            Saat ini aku memiliki sosok pria yang sedang menjalani masa PDKT denganku. Dia adalah sosok Pecinta Alam, sama sepertiku. Aku mengerti bahwa seorang pecinta alam pasti ingin dimengerti. Sama halnya dengan diriku yang selalu membutuhkan sosok yang bisa mengerti posisiku di kehidupanku. Namun, sifat yang dia miliki sangat bertolak belakang dengan kriteria priaku. Yaa,,, dia adalah seorang yang senang dengan kehidupan yang bebas. Aku tak mengerti mengapa aku bisa sangat menyayanginya. Kadang tetesan air mata selalu hadir dalam malamku menjelang tidur, itupun tak jarang aku mengingatnya.
            Beberapa waktu lalu, rapat yang dihubungkan dari beberapa organisasi pecinta alam yang rencananya akan mengadakan proker tambahan untuk latihan gabungan OPA se Jember. Membuat warga dari organisasiku gempar atas masalah percintaan. Aku termasuk dalam hitungan warga yang terkena wabah cinta.
            Pria yang kuceritakan diatas, adalah salah satu diantara beberapa pria yang telah mampu mencuri hatiku. Namun, sepertinya kisah ini tak berakhir bahagia. Dia yang aku suka telah berubah, tak seperti awal dia bersikap saat dia mendekatiku. Aku tak bisa pungkiri bahwa hatiku patah karenanya. Sebenarnya dia bukan kriteria dari sosok laki-laki yang aku tunggu. Entah mengapa aku bisa mencintainya lebih dari apa yang pernah aku rasakan kepada pria pertamaku dulu. Aku bukan siapa-siapa untuknya, begitu pula dia juga bukan siapa-siapaku. Tetapi, kata sayang yang pernah dia ucapkan untukku sangat terasa nyaman didadaku. Walau hanya sebatas pesan yang dia kirim kepadaku, namun hati yang gundah mampu bertenang ria saat bersamanya.
            Tiga hari sudah tak ada satu pesan pun yang dia kirim untukku. Hari-hariku menjadi sepi walau banyak nomor-nomor yang selalu send message kepadaku, namun belum kutemukan sosok yang nyaman untuk menemani hari-hariku. Aku tak pernah tahu perasaan apa yang dia simpan untukku, namun setiap langkah yang dia berikan kepadaku selalu mengukir harapan untukku agar percaya bahwa dia juga satu rasa denganku. Aku berharap cerita dalam kisahku ini akan berakhir bahagia.

2 komentar: